Segores demi goresan pensil ia torehkan ke dalam kanvas berukuran sedang. Awalnya, memang belum terlihat bagaimana wujud yang terjadi. Namun, mungkin yang tahu apa yang akan dilukisnya adalah dirinya, hatinya, dan Tuhan.
Entahlah, mungkin ini yang namanya jatuh cinta. Pandangan pertama? Mungkin itu yang sedang melandanya. Terlalu cepat memang. Tetapi, memangnya harus dipaksakan untuk tidak jatuh cinta kalau hati ini sendiri selalu berdegup ketika dirinya berada di hadapannya?
Awalnya, ia juga tak sengaja bertemu dengan gadis itu di sebuah toko bunga. Toko bunga itu milik gadis tersebut sepertinya.
Daniel terlalu terpana dengan ulasan senyum yang terlukis di bibirnya tersebut. Senyumnya terlalu manis hanya karena ia sedang merangkai bunganya. Diam-diam, Daniel mulai memasuki toko bunga tersebut dan membeli beberapa bucket bunga di sana. Gadis itu hanya tersenyum melihat Daniel yang diam-diam melirik ke arahnya. Memangnya gadis itu tidak tahu?
Karena merasa diintai, gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Daniel sendiri bingung, bagaimana ia akan membayar bucket yang akan dibelinya.
“Hei, bagaimana aku akan membayar bunga ini?” seru Daniel mencoba memanggil pemilik toko bunga ini.
Mungkin ia malu, pikir Daniel. Daniel hanya tersenyum dan merogoh dompet yang berada di dalam sakunya. Kemudian, ia mengambil beberapa uang yang cukup untuk membeli bunga ini. Namun, setelah ia melihat bunga yang gadis tersebut sedang rangkai, ia mengambil bunga tersebut yang tergeletak dalam meja, dan mengembalikan bucket bunga yang pertama ia ambil. Mungkin, sebagai kenang-kenangan pertama.
Keesokkan harinya, ia melakukan hal yang sama. Diam-diam mengintai senyum gadis tersebut. Lagi-lagi, Daniel terpana. Namun, kali ini ia tertangkap basah. Kedua mata mereka kini saling menangkap. Lima detik dirasa cukup lama bagi mereka. Kemudian, mereka kembali kepada kesibukan masing-masing.
Daniel mulai dengan aksinya. Ia masuk lagi ke dalam toko bunga tersebut dan melihat-lihat bunga apa yang akan dibelinya. Setelah mengambil satu bucket mawar putih, ia menuju gadis itu untuk membayar bucket mawar yang ia beli. Namun, entah sihir apa yang membuat Daniel merasakan bibirnya sedikit kaku, lidahnya kelu, susah untuk berbicara.
Yang ia lakukan justru merogoh dompetnya dan mengeluarkan uangnya untuk membayar bucket bunga tersebut.
“A—aku a—akan kembali lagi ke tokomu,” ujar Daniel sambil menggaruk-garukkan kepalanya dan tersenyum. Gadis itu membalasnya.
Perlahan, Daniel melangkahkan kakinya menuju pintu keluar toko tersebut. Namun, ia tak bisa menahan senyum yang terus ia pancarkan tersebut. Perasaan apakah ini yang sedang melandanya?
Setelah sampai rumahnya, ia langsung menuju ruang lukisnya. Entahlah, apa yang membuat tangannya ingin sekali menggoreskan pensil ke dalam kanvasnya tersebut. Melukis garis-garis wajah gadis tersebut dengan menggunakan memorinya. Mungkin, rasa hatinya juga ikut tergambar dalam kanvas tersebut.
Perlahan, garis-garis yang ia buat mulai telihat. Tanpa melihat objek apa pun, memorinya yang penuh akan gadis itu sudah cukup untuk membuat goresan pensil di atas kanvasnya. Dan tanpa sadar, dalam kanvas tersebut sudah tergambarkan wajah gadis pemilik toko bunga tersebut dengan ulasan senyum yang ia pancarkan.
Secepat itukah rasa yang menjalar pada hatinya?
Seterusnya, Daniel terus melakukan hal yang sama. Pergi ke toko bunga tersebut, membeli bunga, dan melihat senyum gadis itu secara diam-diam. Namun, semakin lama, ia semakin tak bisa menahan perasaannya. Ia takut, gadis itu akan direbut oleh orang lain.
Namun, entah perasaannya atau bukan, gadis itu hanya mengeluarkan reaksi yang sama. Tak ada ekspresi yang berkelanjutan seperti ingin berkenalan atau sekedar menyapa. Justru, gadis itu sering menyingkir ketika Daniel datang ke toko bunganya.
Dan entahlah apa yang membuat kakinya berlari menuju toko bunga tersebut, menghampiri gadis itu. Mungkin, ia ingin menjelaskan semua perasaan yang ia pendam selama ini.
Gadis itu hanya menatapnya datar ketika Daniel datang menghampirinya. Daniel mencoba menetralkan napasnya yang tersengal-sengal karena berlari.
“Maaf, kau mungkin memang sering melihatku datang ke toko bungamu dan membeli salah satu bucket bungamu. Ah—maksudku bukan mungkin, bahkan kau memang melihatku datang ke toko bungamu,” ujar Daniel panjang lebar dengan ulasan senyuman yang belum ia singkirkan dari bibirnya.
Gadis itu hanya menatapnya datar dan sedikit memiringkan kepalanya. Namun, ia tak menjawab perkataan dari Daniel.
“Ng—” Daniel merasa sedikit gugup. “Sebenarnya, aku juga mempunyai tujuan datang ke toko bungamu. Ng—aku suka padamu, semenjak pertama kali aku memandangmu. Maka dari itu, aku sering datang ke toko bungamu. Kupikir, dengan aku yang terus mengunjungi toko bungamu, aku dapat mengenalmu lebih dekat, bahkan kita bisa membuat obrolan yang panjang. Ternyata tidak secepat itu,” ujar Daniel lebih panjang lebar lagi.
Gadis itu masih saja menatapnya tanapa pengertian. Apa maksud dari perkataannya tersebut?
Daniel agak kesal karena gadis ini tak mau menjawab perkataannya atau sedikit pun mengeluarkan kata-kata. Apa perkataannya kurang jelas?
“Ma—maaf jika ini terlalu cepat untukmu. Mungkin, kau memang tak menginginkan hal ini terjadi. Jadi, maafkan aku yang mengganggumu,” ucap Daniel yang kemudian meninggalkan gadis tersebut di dalam toko.
Apa perkataannya kurang jelas? Bukankah sudah jelas ia tadi sedang menyatakan hatinya? Ternyata, cinta pertama itu agak menyakitkan, bahkan menorehkan sedikit luka.
Gadis itu terdiam sejenak di dalam tokonya. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang dikatakan oleh laki-laki itu. Ketika laki-laki itu berbicara, ia mencoba meniti lamat-lamat bibir laki-laki itu. Mencoba menerjemahkan apa yang sedang dikatakannya. Namun, apa daya. Penyakit yang dideritanya tidak mampu lagi mendengar suara apa pun tanpa terkecuali.
Namun, setelah ia menyadari bahwa laki-laki itu sudah berlalu dari hadapannya, ia langsung berlari keluar dari toko bunganya. Namun, laki-laki itu sudah tak ada lagi dalam penglihatannya. Namun, ia melihat sebuah benda berbentuk prisma yang alasnya berbentuk lingkaran. Panjangnya sekitar 30 sentimeter. Ia langsung mengambilnya dan membuka apa isi dari prisma lingkaran tersebut.
Ternyata, itu adalah lukisan dirinya. Lukisan yang dibuat oleh laki-laki itu. Ternyata, ia baru mengerti apa tujuan laki-laki itu menghampirinya. Namun, apa yang kini harus dilakukannya? Laki-laki itu tak pernah terlihat lagi mengunjungi toko bunganya.
Namun, ia tetap akan menyimpan lukisan itu sebagai kenangan. Karena, laki-laki itu adalah cinta pertamanya yang belum sempat terbalas.
Note : Terinspirasi dengan lagu Juniel - Illa-Illa
So, this is the web of lyric http://www.kpoplyrics.net/juniel-illa-illa-lyrics-english-romanized.html
And, the music video https://www.youtube.com/watch?v=2_qrdwz49qg
0 comments:
Post a Comment