Senyum masih kulengkungkan ketika raut wajahmu yang menyenangkan kamu keluarkan dengan begitu lepasnya. Aku tahu, raut wajahmu yang menyenangkan itu bukan untukku. Namun, aku tetap menunggu sampai kapan pun raut wajahmu yang menyenangkan tersebut datang kepadaku.
“Lo kenapa sih, masih mempertahankan dia? Dia aja nggak pernah mempertahankan elo,” seru tiba-tiba salah satu seorang sahabatku.
Aku hanya membalas senyum, dan kembali menatap gadis itu yang sedang tertawa riang bersama kekasihnya.
“Asal dia senang, gue juga senang,” balasku dengan ulasan senyum tiada hentinya.
Aku tahu, ia hanya datang kepadaku ketika ia memiliki konflik dengan kekasihnya tersebut. Ia selalu menumpahkan segala keluhannya kepadaku. Aku senang, bisa menjadi pendengar setianya. Namun, sepertinya, sampai kapan pun aku tak akan bisa memenangkan hatinya.
Aku tahu, ia hanya bisa meninggalkan cerita-cerita yang menjadi konflik di antara mereka. Namun, dengan ikhlas, aku akan menyimpannya. Bahkan kalau perlu, hati ini yang masih mengelu-elukan namamu, akan kujaga hingga oksigen tidak lagi berputar dalam tubuhku.
Walau aku pun hanya telaga, setidaknya aku telah mengetahui ke arah mana perahumu berlayar. Jika kamu berhenti, biar aku juga yang menjaganya. Bersenang-senanglah dengan daratan. Jangan pedulikan telaga yang takkan bisa mengejarmu.
0 comments:
Post a Comment