Cinta Tak Menuntut Apapun
Entah mengapa, hari ini aku merasakan hari yang bisa dikatakan 'nothing special'. Padahal, hari ini adalah hari yang mungkin remaja katakan hari yang indah. Ya, hari ini adalah hari anniversary ku dengan pacar ku. Sebut saja namanya Gerald. Oh ya, nama ku Jessi.
Tiba-tiba ponsel ku berdering. Tertera nama Gerald L0p3 L0p3 ( Gak-gak. Gue cuma bercanda). Tertera nama Gerald. Aku langsung menekan tombol hijau di ponsel ku.
"Kenapa, Ge?"
"Kok kamu lemes? Kenapa?"
"Gapapa. Ada apa nelepon?"
"Kamu nggak inget ini hari apa?"
"Inget. Ini hari sabtu, kan?"
"Kok ngeselin sih? Ini hari jadian kitaaa.."
"Oh, ya, maaf, hehe." Aku mendengar ia menghela napas.
"Hari ini kita jalan-jalan ya? Kamu pake warna biru ya, biar kita kayak couple romantis."
"Tapi Ge.."
"Kenapa? Kamu ada acara?"
"Ada sih, Ge."
"Yaudah lah. Kamu pergi ke acara kamu aja. Acara kita batalin."
"Ge, kamu marah?"
Tuut.. Tuut.. Tuut. Sambungan telepon diputuskan. Aku memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada nya. Dan bilang kepadanya, bahwa acara yang ia buat akan ku turuti. Tak lama, ia membalas nya. Dan kami pun akan pergi bersama.
*****
Gerald sedari tadi menatap ku aneh. Padahal, aku sudah menuruti kata-kata nya. "Kok kamu iteman sih, sayang?"
"Oh ya?"
"Sering-sering pake body lotion ya. Kamu kan cantik kalo putih."
Aku agak tersipu malu dan tersenyum sinis. Tak lama, pelayan datang membawakan buku menu. "Ini, menu nya, silahkan."
Ketika aku ingin mengambil buku menu makanan, "sini, aku yang pesan aja ya?"
Aku menghela napas sejenak dan menoleh ke arah sekitar. Ku lihat ada sepasang pemuda pemudi yang sedang ingin makan siang juga. Tepat nya, meja nya berada di samping meja kami. Aku agak mendengar kan perkataan pemuda tersebut kepada kekasihnya.
"Kamu cantik deh, kayak pantat monyet ( Gak-gak. Gue bercanda lagi ).
"Kamu cantik deh, kayak Blitney Spealsss." Omongnya yang agak cadel membuat meja makan mereka agak basah karena hujan air liur.
Kekasih nya terlihat tersipu malu sambil tersenyum-senyum. "Bener kok, setiap hari kamu cantik, mau pake baju apa pun aku suka." Kekasih nya semakin sumringah. "Tapi kok kamu agak iteman ya?" Senyuman di kekasih nya agak memudar. "Gapapa kok, mau kamu item atau merah sekali pun, aku tetep cinta kamu."
Aku sendiri tersenyum-senyum mendengarkan percakapan mereka berdua. Dan kini aku tersadar, aku telah banyak dituntut ini itu oleh kekasih ku sendiri. Bodoh! Kenapa gue kayak boneka gini sih disuruh ini itu mau aja! Gerutu ku dalam hati.
Aku melihat Gerald sedang asyik dengan ponsel nya. Aku memberanikan diri untuk memanggilnya.
"Ge?" Panggil ku.
Ia hanya membalas deham tanpa menoleh ke arah ku. "A-aku.."
"Kamu kenapa?"
"Aku mau putus." Omong ku dengan tegas. Ia langsung menatap ku tajam.
"Kamu bercanda kan? Jess?"
Aku menggeleng. "Aku capek, banyak dituntut sama kamu ini itu."
"Oh. Okey. Kalo kamu mau nya gitu. Kita putus. Masih banyak kok cewek yang lebih cantik dari kamu." Kemudian ia berdiri meninggalkan ku.
"WOY! BAYAR MAKANAN YANG LO PESEN! WOY--"
Dengan terpaksa, aku yang membayar nya dan aku juga yang memakannya. Kenapa aku harus bersedih? Harusnya aku bergembira tak ada lagi yang menuntut ku ini itu. Tak lama, makanan yang di pesan datang.
Aku harus rela menghabiskannya. Dengan perlahan, aku memakannya satu persatu. Tiba-tiba, ada yang memanggil ku dari kejauhan.
"Jess! Jessi!" Aku langsung mencari sumber suara. Ternyata itu Rico. Dengan malas, aku kembali ke makanan ku. Ia menghampiri ku, lalu duduk di depan ku.
"Het di panggil ya. Jawab kek!"
"Hm?!" Aku terus mengunyah makanan ku.
"Galak amat. Gerald mana? Oh ya, happy anniv ya semo.."
"Diem lo!" Aku menatap nya tajam. Ia agak sedikit kaget. "Sorry.."
Ia tersenyum kecil. "Gapapa. Lo lagi ada masalah sama Gerald?"
"Nggak usah ngomongin dia. Gue udah putus."
"Oh. Bagus deh."
"Hmm kok lo bisa ngomong kayak gitu?"
"Gue yakin. Pasti yang mutusin elo, ya kan?" Aku hanya mendeham. "Kalo begitu bagus deh, lo bisa lebih bebas kan? Nggak di desak Gerald terus?"
"Kok? Lo bisa tau?"
Ia hanya tersenyum. "Eh, banyak makanan nih. Bagi dong Jess.."
"Makan aja. Lagian gue juga nggak bakalan abis."
*****
Aku duduk di balkon depan kelas. Tiba-tiba, lewat sosok yang membuatku agak terkaget-kaget. Gerald sedang berpegangan tangan sambil berjalan dengan teman dekat ku sendiri, Melda. Tidak. Aku tidak sakit hati. Hanya saja, apa secepat itu dia melupakan ku?
Tiba-tiba Rico datang mengagetkan ku. "Woy! Bengong aja."
Aku mengelus dada. "Rese lo!" Sambil memukul bahu nya pelan.
Ia tertawa. "Ke kantin yuk. Gue laper."
"Males. Lo aja sendiri gih."
"Ayo lah. Gue traktir. Mau kan?"
"Yaudah deh." Kemudian kami berdua menuruni tangga, menuju kantin.
"Lo mau pesen apa?" Tanya nya.
"Terserah elo. Samain aja kayak elo."
"Gue mau beli tai kebo goreng, lo juga?"
"Gue yang ku.. Serius lo?!" Aku menatap nya heran.
"Nggak lah." Ia tertawa terbahak-bahak. "Bentar ye.."
Aku tersenyum sedikit. Aku perhatikan, hanya dia saja yang menghiburku. Ya walaupun yang lain hanya bisa berkata ‘yang sabar ya’. Ya itu lumayan cukup. Tak lama, Rico datang dengan membawa 2 mangkuk di tangannya.
“Nih, mie ayam nya udah dateng. Makan gih, biar galau nya ilang.” Ia tersenyum kepadaku.
Aku membalas senyumannya. “Makasih ya, Co.”
“Oh, iya, lupa. Minumnya belum. Bentar ya,” aku mengangguk-angguk. Kemudian aku mengaduk-aduk mie ayam ku. Tak lama, Rico kembali.
“Udah, di makan dulu, jangan ngelamun terus.”
“Enggak kok. Aneh aja, kenapa dia cepet banget dapet pacar?” Aku melahap mie ayam ku.
“Jessi.. Lo itu udah milih keputusan yang tepat. Seharusnya lo bahagia dong udah lepas dari ikatannya dia?”
“Iya sih.”
“Apa lo masih suka sama Gerald?”
Aku langsung menatap Rico. Ternyata, ia sedang menatap ku juga. Aku langsung menengok ke arah lain. Aku hanya terdiam.
“Lo nggak mau jatuh di lubang yang sama kan?”
Aku menggeleng. Kata-kata Rico benar. Aku yang memutuskannya, kenapa aku juga yang merasa seperti ini.
“Yauwes. Move on, girl!” Aku hanya tersenyum tipis.
“Lo baik banget ke gue, Co.”
“Karena, karena sebelum lo jadian sama Gerald, gue udah suka sama lo.” Aku langsung terpaku diam.
“Nggak usah kaku, Jess. Gue tau lo kaget. Gue—gue cuma udah nggak bisa nahan perasaan gue lagi. Gue rada berat kalau tau lo pacaran sama Gerald. Akhirnya, ya gue terima aja. Tapi hati gue panas ketika gue harus ngeliat orang yang gue sayang, dituntut-tuntut terus sama pacarnya.”
Aku agak tertegun mendengar penjelasannya. “Gue tau kalo lo tertekan, walaupun lo coba buat nggak ngerasainnya. Tapi apa betah? Enggak kan?”
Aku hanya bisa terdiam. “Maaf, gue blak-blak kan. Makanya gue seneng kalo lo ternyata udah putus. Berarti gue masih ada kesempatan.” Kemudian ia berdiri dari bangku. “Gu—e mau ke kelas dulu.”
Aku langsung memegang tangan nya untuk menahannya tetap disini. “Co, makasih, lo udah mau jujur. Semua yang lo omongin bener. Untung aja gue udah lepas dari jeratannya. Makasih ya.”
Ia tersenyum. “Sama-sama.”
“Duduk lagi lah. Mie ayam lo belum abis tuh, sayang-sayang. Mubazir.” Ia duduk kembali di bangku. Lalu melanjutkan makannya.
“Jadi, selama ini, lo nguntit hidup gue?”
“Itu nggak jadi beban elo kan?”
Aku tersenyum. “Enggak sih.” Ia meminum air mineral yang ia beli. “Apa itu masih berlaku?” Tanya ku agak pelan.
“Apanya yang berlaku?”
“Lo— masih suka nggak sama gue?”
Hampir saja air yang berada di mulut nya keluar. “Kok lo gerogi? Apa gue yang cuma geer?”
Rico menggeleng. “Itu masih berlaku kok. Gue masih suka sama lo. Emangnya kenapa?”
Aku mendeham. “Hmm kalo gue juga suka sama lo, gimana?”
*note : Jangan copas #pengenbanget tanpa seizin gue ya. Nggak-nggak. Ini bukan cerita pribadi gue. Cuma cerpen kok
Aku tersenyum sedikit. Aku perhatikan, hanya dia saja yang menghiburku. Ya walaupun yang lain hanya bisa berkata ‘yang sabar ya’. Ya itu lumayan cukup. Tak lama, Rico datang dengan membawa 2 mangkuk di tangannya.
“Nih, mie ayam nya udah dateng. Makan gih, biar galau nya ilang.” Ia tersenyum kepadaku.
Aku membalas senyumannya. “Makasih ya, Co.”
“Oh, iya, lupa. Minumnya belum. Bentar ya,” aku mengangguk-angguk. Kemudian aku mengaduk-aduk mie ayam ku. Tak lama, Rico kembali.
“Udah, di makan dulu, jangan ngelamun terus.”
“Enggak kok. Aneh aja, kenapa dia cepet banget dapet pacar?” Aku melahap mie ayam ku.
“Jessi.. Lo itu udah milih keputusan yang tepat. Seharusnya lo bahagia dong udah lepas dari ikatannya dia?”
“Iya sih.”
“Apa lo masih suka sama Gerald?”
Aku langsung menatap Rico. Ternyata, ia sedang menatap ku juga. Aku langsung menengok ke arah lain. Aku hanya terdiam.
“Lo nggak mau jatuh di lubang yang sama kan?”
Aku menggeleng. Kata-kata Rico benar. Aku yang memutuskannya, kenapa aku juga yang merasa seperti ini.
“Yauwes. Move on, girl!” Aku hanya tersenyum tipis.
“Lo baik banget ke gue, Co.”
“Karena, karena sebelum lo jadian sama Gerald, gue udah suka sama lo.” Aku langsung terpaku diam.
“Nggak usah kaku, Jess. Gue tau lo kaget. Gue—gue cuma udah nggak bisa nahan perasaan gue lagi. Gue rada berat kalau tau lo pacaran sama Gerald. Akhirnya, ya gue terima aja. Tapi hati gue panas ketika gue harus ngeliat orang yang gue sayang, dituntut-tuntut terus sama pacarnya.”
Aku agak tertegun mendengar penjelasannya. “Gue tau kalo lo tertekan, walaupun lo coba buat nggak ngerasainnya. Tapi apa betah? Enggak kan?”
Aku hanya bisa terdiam. “Maaf, gue blak-blak kan. Makanya gue seneng kalo lo ternyata udah putus. Berarti gue masih ada kesempatan.” Kemudian ia berdiri dari bangku. “Gu—e mau ke kelas dulu.”
Aku langsung memegang tangan nya untuk menahannya tetap disini. “Co, makasih, lo udah mau jujur. Semua yang lo omongin bener. Untung aja gue udah lepas dari jeratannya. Makasih ya.”
Ia tersenyum. “Sama-sama.”
“Duduk lagi lah. Mie ayam lo belum abis tuh, sayang-sayang. Mubazir.” Ia duduk kembali di bangku. Lalu melanjutkan makannya.
“Jadi, selama ini, lo nguntit hidup gue?”
“Itu nggak jadi beban elo kan?”
Aku tersenyum. “Enggak sih.” Ia meminum air mineral yang ia beli. “Apa itu masih berlaku?” Tanya ku agak pelan.
“Apanya yang berlaku?”
“Lo— masih suka nggak sama gue?”
Hampir saja air yang berada di mulut nya keluar. “Kok lo gerogi? Apa gue yang cuma geer?”
Rico menggeleng. “Itu masih berlaku kok. Gue masih suka sama lo. Emangnya kenapa?”
Aku mendeham. “Hmm kalo gue juga suka sama lo, gimana?”
0 comments:
Post a Comment