Astaghiri

  • Home
  • CERPEN
  • CERBUNG
  • CAKES!
  • Trip
Cerpen

Pengorbanan yang Terbayar

Sunday, April 7, 2013 By astaghiri 0 Comments
     Tuk! Satu kepalan tangan berhasil mendarat di ubun-ubun Sarah. Terdengar suara tawa dari arah belakang. Ia sudah tahu pasti pelakunya. Abiyan. Teman masa SMP-nya. Sarah hanya mengaduh sambil mengelus-elus kepalanya.
     “Kok nggak ngomel-ngomel sih, Sar?” tanya Biyan yang tawanya tiba-tiba berhenti.
     “Buang-buang energi!” cetus Sarah sambil melahap baksonya.
     Tanpa meminta izin terdahulu kepada Sarah, Biyan langsung menyendok satu bakso berukuran sedang yang berada di mangkuk Sarah dan langsung melahapnya. Tangan Sarah menggeram. Ia menghela napas, mengingat Biyan sering berkelakuan seperti itu.
     “Biy, temen sekelas gue ada yang suka sama lo,” ucap Sarah sambil menengguk air mineralnya.
     “Orangnya yang mana?” Biyan masih sibuk mengunyah bakso yang berada di mulutnya.
     Sarah mengambil ponsel yang berada di saku bajunya. Kemudian membuka galeri foto, lalu memperlihatkan foto tersebut ke arah Biyan.
     Biyan langsung tersedak. Sarah yang sedari tadi sudah siap tertawa melihat raut wajah Biyan yang memerah. Biyan langsung menyambar air mineral Sarah dan menengguknya. Bukannya Sarah memperlihatkan foto temannya yang menyukai Biyan, ia justru memperlihatkan foto bayi kera.
     “Saking gantengnya, lo juga disukain sama anak kera, Biy,” Sarah melanjutkan tawanya.
     Biyan masih fokus dengan air mineral yang sedang diminumnya. Sembari mengelus-elus dadanya.
     “Tau nggak? Barusan kita lagi ciuman nggak langsung dari botol ini lho!” ucap Biyan dengan enteng sambil mengangkat botol air mineral yang barusan ia minum. Ia tertawa melihat Sarah yang langsung diam terpaku.
     Refleks, tangan Sarah langsung menjitak kepala Biyan. Biyan mengaduh sambil tersenyum-senyum menggoda Sarah.
     Sarah langsung menolehkan kembali kepalanya ke arah lcd ponselnya. Lalu menyuruh Biyan untuk melihat foto yang terdapat di layar lcd ponselnya. Biyan manggut-manggut sambil sesekali memerhatikan foto itu lagi.
     “Cantik juga,” ucap Biyan sambil menguap. Jam-jam siang seperti ini memang membuat memori otaknya sering eror. “Boleh juga. Anaknya asik, nggak? Enak nggak kalau diajak ngobrol? Lemah lembut nggak?”
     Sarah banyak mengangguk utnuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Biyan. Raut wajah Biyan terlihat senang. Sarah menghela napas. Kali ini, ia harus mengorbankan perasaannya lagi.
*** 
     Seringkali, Sarah mengorbankan perasaannya hanya karena temannya. Teman-temannya tahu, bahwa Sarah memang dekat dengan Biyan. Maka dari itulah, banyak yang meminta Sarah untuk sekedar berkenalan dengan Biyan.
     Yang tahu perasaan Sarah hanyalah ia dan Tuhan. Ia tak mengerti mengapa ia mau mengorbankan perasaannya. Perlahan menggores sisi hatinya. Tapi tak pernah merasa benci terhadap Biyan. Biyan nggak salah, batin Sarah.
     Lamunan Sarah dikagetkan oleh gadis berambut hitam sebahu itu, Hanna.
     “Gimana, Sar? Ada tanda-tanda Biyan suka nggak sama gue?” tanya Hanna sembari mengembangkan senyum simpulnya.
     Sarah mengangguk pasrah sambil terpaksa tersenyum. Terlihat sangat jelas, Hanna memancarkan senyum kebahagiaan, yang tentunya tidak dapat diberikan kepada Sarah.
     Tiba-tiba bangku Sarah langsung dihampiri oleh Biyan. Biyan datang dengan senyum manisnya. Hanna langsung membelalakkan matanya karena tidak percaya kalau Biyan sudah ada dihadapannya.
     “Sar, minjem catatan fisika dong,” pinta Biyan kepada Sarah.
     Sarah sedang memikirkan taktik untuk membantu Hanna. Sarah beralasan bahwa catatannya tak lengkap. Ia langsung melirik Hanna agar dapat berbicara.
     “Oh iya, gue ada catatannya. Ma—mau?” tanya Hanna dengan ragu.
     Biyan langsung memanggut sambil memancarkan senyumannya. Hanna langsung berdiri dari tempat duduk Sarah, kemudian mengambil buku catatannya.
     “Eh, itu cewek yang tadi lo tunjukin bukan sih? Lumayan cakep Sar!” senggol biyan menggunakan sikutnya. Sarah terlihat kesal dan langsung memukul lengan Biyan. Biyan meringis.
     “Nih bukunya,” ucap Hanna selembut mungkin.
     “Oh iya. Makasih ya, Hanna,” ucap Biyan sambil menyimpulkan senyumnya kembali.
     Hanna diam terpaku melihat kepergian punggung Biyan. Tak lama, senyum terpancar dibibirnya. Ia langsung histeris sendirian. Sarah menutup telinganya, sekaligus menutup matanya agar dapat cepat melupakan kejadian ini.
*** 
     Sarah melangkah dengan lunglai. Barusan ia mendengar kabar bahwa Hanna akan pulang dengan Biyan. Secepat itukah?
     Ia melangkahkan kakinya menuju gerbang depan sekolah. Tetapi ia langsung menghentikan langkahnya. Punggung itu sangat ia kenali, Biyan. Sarah langsung mengambil napas agar terlihat normal. Ia mencoba menghampiri Biyan.
     “Biy, nggak jadi nganterin Hanna pulang?” tanya Sarah dengan nada lembut. Biyan langsung menoleh dengan wajah muram. Tak biasanya ia seperti itu.
     “Biy, lo kenapa?” tanyanya lagi ingin menunggu kepastian.
     “Kenapa sih, Sar?” bukannya menjawab pertanyaan Sarah, ia justru berbalik tanya. Membuat Sarah semakin bingung.
     “Apanya yang kenapa?”
     “Kenapa lo harus ngorbanin perasaan lo sendiri?” skak mat. Sarah tak bisa berkata lagi. “Sar, gue tau, lo sayang kan sama gue?” tanyanya sambil mempertegas lengan Sarah.
     Sarah menunduk tak tahu ingin menjawab apa.
     “Emangnya lo nggak sakit hati nyomblangin orang lain buat gue? Gue yang lo suka selama ini?” Sarah tak mengangkat kepalanya.
     Biyan mengangkat dagu Sarah agar mereka bisa saling menatap.
     “Jawab, Sarah!”
     “Iya!” tangan Sarah menggeram. “Gue emang sayang sama lo! Gue emang sering sakit hati kalau gue nyomblangin lo buat orang lain! Puas lo?!” Sarah langsung melangkah meninggalkan Biyan. Biyan langsung menggenggam tangannya.
     “Tapi kenapa..?” tanya Biyan kini dengan nada lemah.
     “Karena.. karena gue udah cukup bahagia ngeliat orang yang gue sayang bahagia sama pacarnya.”
     “Lo kira emang gue bahagia? Seneng gitu?” Sarah tak menjawab. “Selama ini gue nunggu lo! Nunggu reaksi lo cemburu atau nggak! Tau nggak sih kalau yang lo lakuin itu bikin sakit hati gue juga? Pikirin gue juga dong, Sar!”
     “Jadi lo mau apa sekarang?” tanya Sarah to the point.
     “Gue mau lo nggak usah nyomblangin gue sama siapa pun.” Ucap Biyan dengan tegas. Sarah langsung meng-iya-kan. Lalu ia beranjak pergi dari tempat itu.
     “Dan yang gue mau, lo harus jadi pacar gue sekarang. Nggak ada tapi-tapian. Gue capek nahan perasaan gue tau nggak!”
     Sarah diam terpaku mendengar perkataan Biyan. Tak lama, satu pelukan hangat mendekap tubuhnya. Pelukan hangat yang membayar semua pengorbanannya selama ini.

     Terima kasih, Tuhan. Doaku telah didengar olehnya.
Cerpen
Share:

Unknown
astaghiri
Book eater. Sunrise and sunset lover, and anything about universe.

Related Articles

Mika

Splash!

Rian!


0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments ( Atom )

Hi, you!

Hi, you!

Blog Archive

  • ►  2017 (3)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  September (1)
    • ►  June (3)
    • ►  February (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2014 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (3)
  • ▼  2013 (24)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (5)
    • ►  July (6)
    • ►  May (1)
    • ▼  April (5)
      • Selamat Ulang Tahun, dan Sampai Jumpa
      • Pengorbanan yang Terbayar
      • PHP atau Geer?
      • Perbedaan yang Menyatu
      • Mimpi Buruk - Cincin Perak
    • ►  January (4)

Labels

CAKES! Cerbung Cerpen Imajinasi Travel Trip

Wanna be my mate?

© 2016 Astaghiri | All rights reserved
Created By Responsive Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates