PROLOG
"Kok cepat banget?" tanya gue heran. "Perasaan, tadi malam aku searching kira-kira paling nggak sampai ke cobannya sekitar 1 jam."
"Enggak, koook. Serius ini, cuma setengah jam," Shella ngotot. Ah, masa iya karena kita berdua lewat jalur pintas, jamnya bisa terpotong setengah jam?
"Itu beneran arah ke Coban Talun, kan?"
"Hah?!" Shella berteriak kaget. "Bukannya kita mau ke Coban Putri?"
Wajor, wajor. Coban yang tertukar ini namanya.
[***]
Sekitar hari Kamis tanggal 24 Agustus, gue balik ke Malang dengan alasan--ya memang harus balik, lah. Kuliah gue mau dikemanain coba?
Gue ini orangnya mudah stres. Etiologi dari stres gue ini adalah yang paling utama karena urusan perkuliahan, and the last but not least adalah dosen.
Percayalah sama gue. Orang ter-php sedunia itu bukan gebetan, tetapi dosen. Lebih sakit hati mana ketika sms dosen dan hanya mendapatkan centang biru daripada nge-chat doi tapi hanya dibaca dari notifikasi?
Keduanya memang bikin sakit hati, sih. Tapi, ya, gebetan itu banyak, dosen cuma satu. Mau apa lo?
Nah, stres gue ini terbukti dari ketika gue pulang ke Jakarta, nyokap bilang gini, "Rambut kamu botak, Wir, itu juga jidat jadi lapangan jerawat. Stres kamu?"
Gue pun ngangguk-ngangguk ganas.
Sebenarnya, gue juga nggak tahu sih sistem perkuliahan di fakultas lain seperti apa. Yang jelas, yang perlu gue garis bawahi di sini adalah; perkuliahan gue masih seperti zaman SD-SMP-SMA, di mana mata kuliah sudah terpapar tanpa kita bisa memilih kelas lain atau pun dosen lain.
Dan yang perlu digaris bawahi lagi adalah; di sini semua makhluknya jenis hawa. Which is no refreshing at all.
Itulah etiologi stres gue. Ketemu cewek terus yang notabene memang agak baperan sih ya menurut gue, dosen yang bleblebleble, dan banyak hal lainnya.
So, untuk cowok yang ingin masuk Kebidanan, gue sangat mempersilakan biar mata-mata perempuan di dalamnya tidak jenuh--toh sebenarnya nggak ada peraturan yang mengatakan bahwa harus perempuan yang masuk dalam lingkup Kebidanan. Kalau mau lihat ke sejarahnya, bahkan ilmu Kebidanan ditemukan oleh seorang Bapak-Bapak, yang gue lupa namanya. Pokoknya diberi nama Bapak Kebidanan.
Maka dari itu, gue bikin planning untuk jalan-jalan sebelum perkuliahan dimulai. Terserah mau ke mana saja, yang penting jalan-jalan.
[***]
"Kita nggak pelukan dulu kayak teletubbies, nih? Kan udah lama nggak ketemuan."
"Najiiiiiis."
"Hahaha."
Setelah Shella menaruh motor di kost gue, kita berdua langsung caw menuju coban dengan alternatif menuju arah Batu--menggunakan GPS, dong, karena kita berdua sama-sama buta arah. We are nothing-lah tanpa GPS ini.
"Eh, Cho. Ini kita ke cobannya cuma setengah jam, tahu," kata Shella tiba-tiba.
"Kok cepat banget?" tanya gue heran. "Perasaan, tadi malam aku searching kira-kira paling nggak sampai ke cobannya sekitar 1 jam."
"Enggak, koook. Serius ini, cuma setengah jam," Shella ngotot. Ah, masa iya karena kita berdua lewat jalur pintas, jamnya bisa terpotong setengah jam?
"Itu beneran arah ke Coban Talun, kan?"
"Hah?!" Shella berteriak kaget. "Bukannya kita mau ke Coban Putri?"
Wajor, wajor. Coban yang tertukar ini namanya.
"Coban Talun wooooooy!" Gue sendiri ngakak karena nggak tahunya kita miss communication, padahal cuma jalan berdua, nggak bawa rombongan.
"Laaah. Aku pikir Coban Putri. Terus gimana dong ini?"
"Ya uwes, mampir aja dulu ke Coban Putri, habis itu baru ke Coban Talun. Palingan juga nggak jauh-jauh amat."
Benar saja, nggak jauh setelah Shella berbicara seperti itu, palang menuju Coban Putri itu tertulis besar di hadapan kami berdua. Jadinya, kita berdua ke Coban Putri out of the blue, tanpa ada rencana sama sekali.
Eh, pas masuk, ternyata di pos nggak ada penjaganya. Akhirnya, kita main masuk saja, hahaha.
Sebenarnya, gue kurang tahu juga, sih, tempat wisata ini memang berkarcis atau enggak. Apa karena kita berdua yang datang kepagian? Padahal, hari itu lagi weekend.
Eh, pas masuk, ternyata di pos nggak ada penjaganya. Akhirnya, kita main masuk saja, hahaha.
Sebenarnya, gue kurang tahu juga, sih, tempat wisata ini memang berkarcis atau enggak. Apa karena kita berdua yang datang kepagian? Padahal, hari itu lagi weekend.
Tapi, yah, yang namanya belum searching apa-apa--jadi, ketika gue mau jalan-jalan gue harus surfing terlebih dahulu; tempatnya di mana; jalan alternatifnya; dan lain-lain yang berhubungan dengan tempat itu--gue dan Shella nggak tahu cobannya ada di mana. Kita berdua malah menemukan spot foto yang sering banget diunggah sama arek-arek Malang.
![]() |
Ini lagi nggak ada penjaganya + pagar masih dikunci, jadi kita nggak bisa foto di sana. |
"Kok aku nggak dengar air, ya?" Air terjun maksudnya. Namanya juga coban, alias air terjun. Harusnya sih walau di sini kita menemukan spot foto, di sisi lain tetap ada objek air terjunnya.
"Lah itu suara air apaan?"
"Itu air pipa!"
"Hahaha. Ya udah, kita coba aja lebih ke dalam lagi. Mungkin air terjunnya masuk-masuk ke dalam."
Berbekal ketidakpengetahuan kami, kita berdua lanjut terus masuk ke dalam yang sebenarnya bisa dibilang hutan, karena jalannya belum beraspal. Gue sama Shella sempat berpikir, apa iya benar ini jalan menuju Coban Putri? Soalnya gue ragu banget, benar-benar nggak kedengaran gemericik air sama sekali.
Tapi ternyata... finally! Jalan-jalan out of the blue ini membuahkan hasil! Ada 2 buah air terjun cantik yang nggak kalah keren dengan air terjun lainnya. Dan kebetulan banget, ketika gue memarkirkan motor pada posisi yang sejajar depan dengan air terjun, bagian bawahnya itu ada pelangi. So lit!
Air terjunnya memang nggak terlalu tinggi banget dibandingkan dengan coban yang pernah gue kunjungi. Tapi, tetap, wisata alam nggak pernah mengecewakan gue.
Berbekal ketidakpengetahuan kami, kita berdua lanjut terus masuk ke dalam yang sebenarnya bisa dibilang hutan, karena jalannya belum beraspal. Gue sama Shella sempat berpikir, apa iya benar ini jalan menuju Coban Putri? Soalnya gue ragu banget, benar-benar nggak kedengaran gemericik air sama sekali.
Tapi ternyata... finally! Jalan-jalan out of the blue ini membuahkan hasil! Ada 2 buah air terjun cantik yang nggak kalah keren dengan air terjun lainnya. Dan kebetulan banget, ketika gue memarkirkan motor pada posisi yang sejajar depan dengan air terjun, bagian bawahnya itu ada pelangi. So lit!
![]() |
Lihat nggak pelangi kecil di bawah? |
Air terjunnya memang nggak terlalu tinggi banget dibandingkan dengan coban yang pernah gue kunjungi. Tapi, tetap, wisata alam nggak pernah mengecewakan gue.
![]() |
Penyegar mata! |
Di dekat Coban Putri ini ada beberapa wahana--bukan disebut wahana, sih, lebih tepatnya dikatakan sebagai spot foto sambil bersantai.
Ada dua buah ayunan, kemudian ada hammock yang bertingkat-tingkat, ada juga flying fox yang entah masih berfungsi atau tidak, karena sekali lagi, saat itu nggak ada petugasnya sama sekali.
Setelah puas jeprat-jepret di Coban Putri, kita berangkat menuju destinasi selanjutnya dan yang paling sebenarnya, yaitu Coban Talun!
Masih berbekal dengan GPS, kami beralih menuju Coban Talun yang ternyata jaraknya hanya menempuh sekitar 20-30 menit dari Coban Putri ini.
Namun, sebelum mencapai tujuan, di pertengahan jalan kami berdua menyempatkan diri untuk mengisi perut yang dari semalam belum diisi ini. Gue dan Shella memilih sarapan di warung bakso beranak yang ternyata worth it banget! Gue bahkan sampai pengin bungkus bakso pedasnya saja buat dimasak di kost, hehe.
Setelah sarapan, kami berdua melanjutkan perjalanan kembali, ngobrol ngalor-ngidul, dan pada akhirnya sampai di tujuan!
For your information;
Tiket masuk/orang = Rp.10.000,-
Tiket masuk/motor = Rp. 5.000,-
Maaf, untuk yang tiket parkir mobil gue lupa berapa harga karcisnya, saking kesenangan sudah masuk wilayah Coban Talun.
Setelah memarkikan motor, kita berdua mulai menjelajah, dan ternyata di sana sedang ada acara dari kampus Politeknik yang sepertinya merupakan acara sambutan untuk mahasiswa baru.
"Eh, Shell, foto petanya," suruh gue ketika melihat peta Coban Talun yang terpampang di dekat parkiran, biar kalau kita nyasar bisa lihat petanya.
Setelah itu, kami kembali berjalan, tetapi...
"Cho, kita lagi di mana, sih?" Shella menunjukkan peta yang sempat dia foto tadi.
Gue mengambil ponselnya dan menatap penuh ke arah layarnya. "Sebenarnya... gue juga nggak ngerti, Shell. HAHAHA."
"Ye! Kalau kayak gini ngapain tadi nyuruh aku foto petanya?!"
"Kenang-kenangan, elah."
Lanjut dengan cek-cok nggak jelas, kami mendapat penerangan ketika melihat arah-arah menuju wisata di Coban Talun ini--yang ternyata air terjun dengan wisata buatannya itu berlawanan arah. Jadinya, gue dan Shella menyempatkan diri untuk ke arah wisata buatannya dulu, baru nanti ke air terjun.
"Eh? Ini serius jalan kaki?"
"200 meter doang, elah. Sampai kok, sampai," ucap gue. "Anggap aja olahraga. Ingat Shell, ketika perkuliahan dimulai, mau tidur seenak lu pun bakalan susah, apalagi olahraga. Jadi, inilah saatnya kita membugarkan diri!"
Namun, setelah itu...
"GILA! Jalan 20 meter aja udah ngos-ngosan! Apalagi sampai ke Goa Jepang, ya? Hahaha!"
Sumpah, gue nggak bohong. Beneran. Cuma jalan 20 meter saja kami berdua sudah kelelahan napas. Nggak sehat banget deh kita berdua memang! #padahalanakkesehatan
Setelah mencoba mengatur pernapasan, akhirnya padang bunga mulai kelihatan dan rasa lelah pun mulai membaur dengan udara. Ini yang gue cari!
Untuk masuk taman bunga ini, kembali membayar tiket seharga Rp.5.000,- / orang. Hmm... kalau ditotalin sama parkir sih ya lumayan mahal juga sih, ya. Tapi, masa bodo teuing, lah. Gue lagi nggak mikirin duit. Yang gue pikirin adalah bagaimana caranya relieving stress.
Masuk ke dalam, kita jeprat-jepret!
![]() |
Can you see me? |
![]() |
Lucu, kan? Bunganya. |
![]() |
Modelnya mah itu-itu aja. |
Kita memilih balik lagi dan tidak memasuki wahana lain--yang ternyata lebih mahal dibandingkan dengan taman bunga tadi. Pun, sebenarnya, yang gue incar dari Coban Talun sendiri adalah air terjun dan taman bunganya saja.
Namun, lelah berujung haus. Kita berdua mampir sejenak di warung yang ada di sana, memesan es teh yang ternyata nggak ada esnya dan habis dalam sekali sedotan. Haus pakai banget!
![]() |
Anak kecil di dekat warung. Lucu saja melihat mereka bercengkrama satu sama lain. |
"Dari sekian kebetulan yang diinginkan, kenapa kebetulan yang tidak terlalu diharapkan malah lewat begitu saja?" - Shella F. K. (Gadis yang butuh belaian. Hahaha).
Setelah meminum teh seteguk dan ngobrol yang lebih mengabisi waktu, kita berencana mau ke air terjunnya menggunakan motor--yang berarti kami berdua harus kembali menuju parkiran. Tetapi... ketika kami berdua berjalan menuju tempat parkiran...
"What the f... 1 km?"
Gue dan Shella melihat palang arah menuju Coban Talun sekitar 1 km dan itu hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
"Gila. Kita jalan 20 meter aja ngos-ngosan, apalagi 1 km?"
Ngakunya anak kesehatan, tapi jalan 20 meter saja napas mulai pendek. Memang dasarnya kita jarang berolahraga karena perihal perkuliahan dan organisasi yang nggak bisa dikesampingkan. Jadi, ya, nggak heran kenapa kita gampang capek.
"Gimana? Mau lanjut ke cobannya?"
"Nggak deh, hahaha."
Kita mundur, nggak melanjutkan destinasi menuju coban. Karena, sama saja bohong kalau tenaga kuat, tetapi mental tak nekat. Nah, gue dan Shella ini bahkan nggak punya keduanya. Hahahaha.
So, inilah intro gue sebelum perkuliahan. Sangat baik untuk merefresh otak sebelum kalian bertatap muka dengan mata kuliah dan dosen tercinta kalian.
Salam, dari Bukan Anak Travelling.
Telah hadir pertama di Indonesia, Platform Trading Binary Option berbasis di Indonesia.
ReplyDelete- Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
- Sistem Edukasi Professional
- Trading di peralatan apa pun
- Ada banyak alat analisis
- Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
- Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
Dengan bonus deposit pertama kali sebesar 10%** T&C Applied.
Minimal depo Rp. 50.000,-
Bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover....
Rasakan pengalaman trading yang light, dengan payout 85% proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama.
Hayo bergabung bersama kami HASHTAG OPTION di www.hashtagoption.com