Astaghiri

  • Home
  • CERPEN
  • CERBUNG
  • CAKES!
  • Trip
Cerpen

Prom Night

Saturday, January 5, 2013 By astaghiri 0 Comments
    3 tahun sudah melewati masa-masa SMA yang menyenangkan menurut ku. Ya, memang terkadang sangat melelahkan karena harus berjuang mati-matian mengahadapi Ujian Nasional. Dan selama 3 tahun itu juga, aku bersahabat dengan Vicky. Suka? Sepertinya, aku memang menyukainya. Ya, selama setahun terakhir, aku menyukainya. Padahal, awal kita bertemu pun, tak seindah yang ku kira.

    3 tahun yang lalu..

     "Gimana handphone lo? Udah sembuh?" Omong Vhia sambil menertawaiku.
     "Rese lo! Ya lumayan lah." Aku menggenggam terus handphone ku. Rasanya, sebulan tak memakai handphome, hampa. Tak ada yang mengirim pesan, walaupun dari operator sekalipun (baca : jones).
    Aku mendengar suara riuh dari kejauhan. Tapi tak ku perhatikan. Aku hanya memperhatikan layar handphone ku saja. Dan tiba-tiba saja...
    Bruk! Badan ku terdorong ke depan. Handphone ku terpental sekitar 2 meter. Baterai keluar dari handpone ku. Tercecer semua. Muka ku langsung memerah. Aku ingin berdiri, kemudian ada tangan yang ingin membantu ku.
    "Sorry.." Omong cowok tersebut.
    Ia membantuku berdiri. Aku membersihkan debu yang menempel di seragam ku. Aku berancang-ancang untuk memakinya.
    "Eh! Asal lo tau ya! Handphone gue itu baru gue ambil dari tempat servis. Dan lo tau berapa lama gue nggak megang handphone? Sebulan bro!"
    Ia melepas headseat yang bernaung di telinga nya. "Maaf, lo ngomong apa barusan?"
    Aku naik pitam. Vhia memegang bahu ku. "Udah, Ra, tinggalin aja." Mata ku terus menatap nya. Lalu aku berbalik untuk mengambil handphone ku yang tercecer di lantai.
    "Argh!" Aku menghempas bahu nya dengan bahu ku. Kemudian aku meninggalkan nya dan menuruni tangga. Sedari tadi, aku diselimuti rasa kekesalan. Apa ia tak merasa bersalah? Vhia terdiam tak ingin mengganggu ku. Karena ia tahu, itu akan membuat amarah ku membengkak.
    Ketika aku sampai di lantai dasar, bahu ku di pegang seseorang. Aku langsung membalik badan, "apaan sih?!" Orang itu langsung mundur sedikit.
    Aku langsung menutup mulut. "Kalo ngomong, nggak usah pake toak, Avara.." Ia tersenyum sinis kepadaku. Ia guru Geografi ku. "Aduh, kuping Bapak jadi rada budek nih (baca : faktor tua). Kamu nih, di depan orang tua bentak-bentak."
    "Bukan gitu pak, abis saya..."
    "Nilai Geografi kamu bapak kurangin minus 2." Lalu ia langsung pergi dari hadapan ku.
    "Tapi Pak.." Aku langsung menginjak-injak bumi dengan keras. Apa ini hari sial ku?
    Aku langsung berjalan menuju pintu gerbang. Tiba-tiba, ada yang memegang bahu ku lagi. Perlahan, aku menoleh, takut-takut, guru yang memanggil ku.
    Dengan awalan senyum, ternyata..
    "Lo lagi lo lagi! Mau ngapain lagi sih lo? Mau buang handphone gue juga?"
    Ia agak tersentak. "Kan gue udah minta maaf.."
    "Lo kira dengan minta maaf bisa benerin nih handphone?" Aku mengeluarkan handphone ku yang ada di kantung baju ku. Aku belum sempat untuk membetulkannya.
    "Sini," ia langsung mengambil handphone ku.
    "Eh! Mau lo apain ha.."
    "Diem." Ia terus mengutak-atik handphone ku. Tak lama, ia mengembalikannya. "Coba aja idupin."
    Aku menatapnya tajam. Kemudian mencoba menyalakan handphone ku. Tak lama, handphone ku menyala. "Duh, bagus deh."
    "Udah puas kan? Berarti gue udah nggak punya kesalahan kan?"
    "Lo kira gue jatuh nggak sakit?"
    "Ya terus gue harus apa?"
    "Traktir gue! Setuju?" Aku tersenyum sinis.
    "Oke lah. Tapi besok. Gue nggak bisa sekarang. Bye!" Ia pergi dan melambaikan tangannya kepadaku.
    "Eh tapi.."
    Dari kejauhan, ia agak berteriak. "Tenang! Nanti gue ke kelas lo!"
*****
    Ada yang menggerak-gerakkan bahu ku sedari tadi. "Ra? Mau ke kantin nggak? Tidur mulu sih lo." Dari suaranya, aku mengenalnya. Itu Vhia.
    Aku dalam keadaan mengantuk. "Huuaaah.. Lo aja Vhi, gue masih ngantuk. Gue nitip.." Ia langsung kabur dari hadapan ku. Yasudah lah, aku melanjutkan tidur ku. Tak lama, ada yang menepuk-nepuk bahu ku.
    "Apaan sih, Vhi?" Dengan samar, aku melihat rambut Vhia pendek. Ah tak mungkin. Aku mengucek-ucek mata ku. Ternyata itu cowok yang kemarin.
    "Vi? Kok lo tau nama gue? Wah lo suka stalker gue ya?"
    Aku langsung terbangun. "Eh enggak. Gue kira Vhia temen gue."
    "Oh. Kita belum kenalan. Gue Vicky." Ia mencoba untuk menjabat tangan ku. Aku mencoba untuk tidur lagi.
    "Lo mau ngapain disini?"
    "Oh, traktir nya dibatalin? Bagus deh." Aku langsung terbangun.
    "Eh enggak-enggak. Perjanjian tetaplah perjanjian. Ayo buruan." Aku langsung melangkah dengan mantap. Kemudian menuruni tangga menuju kantin di belakang sekolah.
    "Lo mau pesen apaan?" Tanya nya.
    "Ayam goreng pake nasi ya jangan lupa sambel nya." Aku mendengar ia menghela napas. "Oh ya! Es jeruk nya juga jangan lupa."
    Tak lama, ia kembali dengan membawa pesanan makanan ku. Di lihat-lihat, ia manis juga. Ganteng pula. Haduh Avara..
*****
    Perasaan ku mulai berubah semenjak ia sekelas dengan ku. XII IPA III. Ia juga sering berkelompok dengan ku. Ya, aku memang merasa senang. Tapi, kesenangan ku mengiris.
    "Hari ini, mau kerja kelompok dimana?" Tanya Vhia.
    "Rumah lo aja, Vhi. Bisa kan? Nggak terlalu jauh ini." Omong Vicky.
    "Hm? Terserah kalian." Omong ku lemas.
    "Lo kenapa Ra? Sakit?" Tanya Vicky.
    "Enggak. Eh lo kan bawa motor ya, Ky. Bonceng gue dong." Pinta ku.
    "Nggak. Tuan rumah lah yang gue boncengin. Udah sono buruan naik angkot biar nyampe nya bareng."
    Aku mendesah sekaligus kesal. Lalu aku meninggalkan mereka berdua. Aku langsung memberhentikan angkot dan menaiki nya.

    Rumah Vhia

    Ku lihat, motor Vicky sudah berada di depan rumah Vhia. Aku langsung menyelonong masuk. Ku lihat, Vicky dan Vhia sedang mengobrol ria di ruang tamu. Sepertinya mereka memang cocok. Nama mereka, berawalan dengan huruf V. Mereka juga saling melengkapi. Tak akan ada kesempatan untuk ku.
    Aku mendeham. "Jangan pacaran disini." Omong ku ketus. Mereka berdua agak kaget.
    "Lama banget sih lo, kayak siput." Mereka berdua tertawa. Aku tak memperdulikannya. Aku melihat diatas meja terdapat minuman segar. Aku langsung mengambilnya, tetapi di cegat oleh Vicky.
    "Eh! Ini minum gue." Ia langsung mengambil nya dan meminumnya.
    "Ky! Kan ada yang lain! Ish!"
    "Lo aja ngambil yang lain." Aku langsung mengambil nya dan meminumnya dengan cepat. Menyebalkan!
    Agak capek, aku langsung duduk di samping Vhia.
    "Eh," omong Vhia. "Gue mau ke dapur dulu ya, bikin makanan." Vhia langsung berdiri meninggalkan kami berdua. Aku tak ingin mengajak nya mengobrol.
    "Eh, Ra?" Ia memanggil ku. Aku langsung memasang headset ke telinga ku. Kemudian, ia melepas headset.
    "Apa sih?!" Vicky agak sedikit kaget.
    "Galak amat. Lo  kenal sama Vhia sejak kapan?"
    "Kenapa lo tanya-tanya gue? Lo suka sama dia?"
    "Iya." Ia tertawa keras. "Lagipula dia cantik, baik lagi."
    Aku tersenyum sinis. Rasanya ingin pulang dari sini. Harapan ku memang sudah tak ada lagi. Vicky menyukai Vhia. Dan pasti pun, Vhia juga menyukai Vicky.
    "Kan ujian nasional dikit lagi, abis itu ada prom night, kenapa lo nggak nembak dia?"
    "Tapi.."
     "Jangan sekarang. Nanti ganggu dia konsen." Alasan ku.
    "Gitu ya.. Hmm bisa gue pertimbangin. Tapi lo bantuin gue ya?"
    Aku tersenyum. "Pasti." Aku langsung menghindar dari tatapannya. Tak lama, terasa pipi ku basah. Apa maksud arti semua ini?
*****
    Apa aku sudah menceritakannya semua? Menyedihkan bukan? Aku memang bertepuk sebelah tangan. Aku sendiri, harus membantu orang yang ku suka untuk mendapatkan dambaan hati nya. Entah, aku bisa menahan air mata ku atau tidak.
     Ku putuskan, untuk prom night, aku tak akan datang. Aku akan mencari seribu alasan untuk tidak datang ke acara tersebut. Setiap hari melihat mereka berdua, itu sudah membuat ku sakit hati.
     Tiba-tiba, ponselku berdering. Tertera nama Vicky. Untuk apa dia menelepon ku? Dengan agak malas, aku mengangkatnya.

    "Hm?"
    "Lo kenapa Ra? Sakit?"
    "Hm? Hmm iya nih, gue rada sakit." Omong ku bohong. Sakit hati maksud gue.
    "Masa? Ah nggak yakin gue.."
    "Ngapain gue bo.."
    "Itu buktinya bisa teriak-teriak. Nanti gue jemput ya, on time kok tenang aja. Nanti kita bikin surprise buat Vhia. Lo janji kan mau bantuin gue buat nembak dia?"
    "Tapi..."
    "Nggak ada tapi-tapian. Buruan, gue pake mobil kok. Cepetan ya."

    Dengan terpaksa, aku harus mengikuti perkataannya. Aku langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu memilih dress di lemari.
    Aku memilih dress gothic classic selutut. Terakhir aku memakainya, ya di prom night SMP. Tiba-tiba, pintu ku terbuka. Mama.
    "Mau ke acara prom night ya nak? Sini, Mama bantu rias." Ia tersenyum kepadaku. Aku menurutinya.
    "Ma, aku cocok nggak kalo pake dress ini?"
    "Cocok kok. Wanita itu kalo pake dress hitam kelihatan anggun nya. Rambut mu Mama bikin ikal ya."
    "Terserah Mama aja."
    Tak lama, selesai di rias dan memakai dress, tak seburuk yang ku duga. Aku hanya tersenyum sendiri. Tiba-tiba, ada yang memencet bel. Mungkin Vicky. Aku langsung berpamitan ke Mama kemudian turun menuju pintu. Dan ternyata benar, itu Vicky. Ia memakai jas hitam dan jeans hitam juga.
    Ia melihat ku agak aneh dan tersenyum. Mungkin ia ingin menertawaiku.
    "Nggak usah ketawa lo."
    "Geer. Siapa yang ngetawain lo. Ayo buruan."
*****
    "Lo panggil Vhia gih, suruh kesini gitu." Omongnya.
    "Kenapa nggak lo aja? Kenapa harus gue?" Omong ku ketus.
    "Katanya lo mau bantuin gue. Ayo lah.." Pinta nya.
    "I-iyaudah." Aku langsung menelpon Vhia.

    "Vhi, lo dimana?... Kesini dong... Ini nggak jauh dari panggung kok... Oke jangan lama-lama."

    "Tuh, udah!" Aku menghela napas.
    "Makasih ya Ra.." Ia tersenyum kepadaku. Aku hanya tersenyum sinis. Aku tak ingin melihat kejadian seterusnya. Aku langsung pergi dari hadapan Vicky. Aku mencari tempat sepi, tak ada orang yang berlalu lalang. Ketika aku pergi, Vicky memanggilku.
    "Ra! Mau kemana?"
    Aku menoleh. "Sukses ya bro!" Sambil mengacungkan jempol ku. Tak lama, bulir air mata ku mengalir.
    Aku berjalan menuju taman. Lumayan untuk menenangkan hati. Di pikiran ku, sudah terbayang-bayang Vicky menembak Vhia dengan romantis dan Vhia pun menerima nya. Dengan gampang, aku bisa menebaknya.
    Tiba-tiba saja, ada seseorang yang duduk di samping ku. Vicky? Buat apa dia datang kesini? Aku langsung memasang muka tegar.
    "Mau ngapain lo disini? Nggak jadi nembak Vhia?"
    "Lo abis nangis? Suara lo agak parau gitu? Kenapa?"
    "Ah? Siapa yang habis nangis? Ngaco lo." Aku mencoba tertawa.
    "Nggak usah boong Ra."
    "Maksud lo? Eh, lo diterima ya sama Vhia? Wah selamat yaa.."
    "Enggak."
     Aku langsung tertegun. Aku bingung aku harus bahagia atau bersedih dengan info ini. "Kok bisa? Setau gue kan Vhia emang suka sama lo."
    "Fake."
    "Maksud lo?"
    "Ini semua fake, Avara." Aku masih bingung dengan omongan Vicky. "Vhia nggak nerima gue, emang karena gue nggak nembak dia."
    "What?"
    "Kenapa? Dan karena emang sebenernya gue bukan mau nembak Vhia. Tapi nembak elo."
    Aku langsung menatap Vicky. "Basi lo. Pake becanda segala."
    "Gue nggak bercanda." Ia langsung berlutut di hadapan ku.
    "Tapi, lo selama ini.."
    "Iya. Ini semua rencana gue. Waktu gue bonceng Vhia, sebenernya, gue kepengen lebih tau elo. Nanya-nanya tentang elo." Ia tertunduk.
    "Gue sengaja, biar lo cemburu. Gue juga tau, kalo lo suka sama gue kan?" Ia tersenyum. Aku langsung menatap ke arah lain.
    "Gue sengaja mau bikin surprise ke elo. Acara gue mau nembak Vhia itu fake. Gue cuma kepengen ngobrol sama lo. Gue bahagia banget, kalo tau lo itu bener-bener cantik. Hati nya juga."
    Ia menggenggam tangan ku. "Ra," ia mengusap air mata ku yang terjatuh. "Nggak usah terharu gitu dong." Aku terdiam. "Lo mau kan jadi pacar gue?"
    Aku bingung. Aku takut, ini hanya permainan nya saja.
    Ia tersenyum tipis. "Tenang aja kok Ra. Kali ini, ini bukan games gue. Tapi ini real. Lo mau kan?"
    Aku tersenyum dan mengangguk. Kelihatannya ia juga senang. Lalu, ia membantu ku berdiri dan memelukku. Prom night kali ini, tak akan pernah ku lupakan.
Cerpen
Share:

Unknown
astaghiri
Book eater. Sunrise and sunset lover, and anything about universe.

Related Articles

Tami

Rasa Bersyukur

Mika


0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments ( Atom )

Hi, you!

Hi, you!

Blog Archive

  • ►  2017 (3)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  September (1)
    • ►  June (3)
    • ►  February (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2014 (10)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (3)
  • ▼  2013 (24)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (5)
    • ►  July (6)
    • ►  May (1)
    • ►  April (5)
    • ▼  January (4)
      • My New Friend
      • Prom Night
      • Segores Senyuman
      • Cinta Tak Menuntut Apapun

Labels

CAKES! Cerbung Cerpen Imajinasi Travel Trip

Wanna be my mate?

© 2016 Astaghiri | All rights reserved
Created By Responsive Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates